Ma’nene merupakan ritual atau upacara yang dilaksanakan oleh masyarakat toraja untuk mengganti pakaian mayat para leluhurnya yang telah lebih dahulu meninggal dunia, dan adapun tujuan mengganti pakaian tersebut adalalah sebagai bentuk penghormatan kepada leluhurnya.
Sejarah ritual Ma’nene berawal dari zaman dahulu kala ada seorang pemburu binatang bernama pong rumasek yang pergi ke hutan dipegunungan balla,dan pada saat melakukan perburuan binatang dihutan tersebut ia menemukan jasad manusia yang telah meninggal dunia dengan kondisi yang memprihatinkan, dan kemudian pong rumasek membawa jasad tersebut pulang ke kampung lalu dibersihkan,kemudian dikenakan pakaian yang layak,setelah itu jasad tersebut dikuburkannya ditempat yang layak.setelah kejadian tersebut arwah jasad yang di kuburkan oleh pong rumasek selalu ikut membantunya apabila melakukan perburuan ke dalam hutan.
setelah kejadian tersebut,pong rumasek mendapatkan banyak berkat,panen hasil pertanian miliknya melimpah dan juga apabila pergi berburu ke hutan, dengan mudah selalu mendapat hasil buruan.pada saat itu pong rumasek berpikir bahwa jasad orang yang telah meninggal haruslah tetap dirawat dan sekalipun tidak berbentuk lagi maka harus dihormati .kemudian oleh pong rumasek kemudian menyampaikan kepada penduduk baruppu agar ritual ma’nene tersebut dilaksanakan dan sampai saat ini penduduk Baruppu selaku melaksanakannya.
prosesi ada Ma’nene umumnya dilaksanakan satu kali dalam tiga tahun berdasarkan hasil musyawarah desa dan tujuannya dilaksanakan sebanyak satu kali dalam tiga tahun adalah agar keluarga yang menetap di tanah perantauan bisa datang kembali menjenguk orang tua atau nene To’dolo agar mempererat hubungan kekeluargaan.
Lokasi pekuburan leluhur masyarakat tempat dilaksanakannya ritual Ma’nene tersebut berada di pekuburan patane,sariale ibukota kabupaten toraja utara.dan prosesi ritual Ma’nene tersebut tidak berlangsung lama, biasanya dimulai dengan doa yang pimpin oleh Ne’tomina lumba (tetua adat) dengan menggunakan bahasa toraja kuno,kemudian peti dibuka lalu jasad dari dalam peti tersebut diangkat dan kemudian dibersihkan dengan menggunakan kuas dan kain yang bersih.dan selama proses pembersihan jasad tersebut para laki-laki memberikan nyanyian dan tarian yang melambangkan kesedihan dengan maksud untuk memberi penghiburan kepada keluarga yang ditinggalkan.
setelah setelah melaksanakan ritual tersebut kemudian jasad dimasukkan lagi ke dalam peti dan setelah kembali kampung kemudian dilaksanakan acara makan bersama dan dilanjutkan dengan tradisi sisemba yaitu berkumpul bersama menjalin keakraban dengan keluarga perantau yang datang ke kampung halaman.
Ritual adat Ma’nene tidak boleh dilakukan sebelum masa panen,karena masyarakat adat toraja percaya bahwa apabila ritual Ma’nene dilaksanakan sebelum masa panen , maka sawah dan ladang mereka akan mengalami kerusakan karena banyaknya hama berupa tikus yang mengakibatkan penduduk setempat gagal panen, oleh karena itu ritual tersebut selalu dilaksanakan setelah masa panen dan dilaksanakan biasanya pada bulan agustus.